Menguji Batasan Fisik: Risiko Cedera Jangka Panjang dalam Karier Pegulat Profesional

Karier sebagai pegulat profesional adalah sebuah profesi yang memerlukan dedikasi ekstrem, menuntut atlet untuk melakukan performance fisik yang berat berulang kali di hadapan publik. Di balik tontonan yang menghibur, para pegulat secara rutin Menguji Batasan Fisik tubuh mereka. Meskipun setiap gerakan telah dilatih dan dirancang untuk memitigasi risiko, akumulasi ribuan slamdrop, dan benturan ke matras selama bertahun-tahun menciptakan risiko cedera jangka panjang yang serius dan sering kali menghantui para atlet hingga masa pensiun mereka. Masalah kesehatan ini mencakup kerusakan ortopedi hingga kondisi neurologis yang kompleks.

Salah satu area yang paling rentan adalah tulang belakang dan sendi. Body slam dan bantingan yang diulang-ulang—meskipun pegulat dilatih teknik jatuh yang disebut bump—tetap menimbulkan trauma kompresi pada tulang belakang leher (cervical) dan punggung bawah (lumbar). Cedera diskus, stenosis tulang belakang, dan arthritis dini adalah komplikasi umum yang sering dialami oleh pegulat profesional. Bahkan dengan teknologi matras yang canggih, gaya hidup di jalanan (road life) yang menuntut penampilan 300 hari setahun memperburuk kondisi ini karena tubuh tidak memiliki waktu pemulihan yang memadai. Menurut catatan medis dari Klinik Rehabilitasi Olahraga St. Louis per Maret 2024, 75% dari mantan pegulat profesional yang datang untuk konsultasi mengeluhkan nyeri punggung kronis yang memerlukan terapi fisik dan, dalam banyak kasus, intervensi bedah.

Risiko kesehatan yang paling mengkhawatirkan dan menjadi fokus utama studi modern adalah kerusakan neurologis, khususnya Chronic Traumatic Encephalopathy (CTE). Kondisi otak degeneratif ini disebabkan oleh trauma kepala berulang. Meskipun gerakan dalam gulat profesional sebagian besar adalah teater, benturan yang tidak disengaja, head-drop saat suplex gagal, atau penggunaan kursi logam di kepala dapat menyebabkan gegar otak ringan berulang. Menguji Batasan Fisik dalam jangka panjang ini berarti akumulasi trauma, yang gejalanya, seperti masalah memori, perubahan suasana hati, dan depresi, baru muncul bertahun-tahun setelah karier selesai. Isu CTE ini menjadi subjek gugatan kelas (class action lawsuit) yang diajukan oleh puluhan mantan pegulat terhadap perusahaan gulat besar pada Juli 2016, menyoroti kegagalan industri dalam menginformasikan risiko cedera otak berulang ini.

Untuk mengatasi ancaman terhadap kesehatan ini, perusahaan gulat profesional kini menerapkan protokol yang lebih ketat. Pegulat diwajibkan menjalani tes gegar otak sebelum dan sesudah setiap penampilan yang berpotensi menyebabkan trauma kepala. Program wellness dan asuransi kesehatan pasca-pensiun juga mulai diperkenalkan untuk membantu para veteran menghadapi masalah ortopedi dan neurologis kronis. Namun, tantangan terbesar tetaplah bagaimana Menguji Batasan Fisik untuk hiburan tanpa mengorbankan kualitas hidup atlet di masa depan. Upaya pencegahan, pendidikan, dan fokus pada teknik yang memprioritaskan keamanan adalah langkah fundamental untuk memastikan karier yang panjang dan kesehatan yang berkelanjutan bagi para pegulat.