Jakarta – Sektor pendidikan di Indonesia menghadapi pekerjaan rumah (PR) besar terkait kualifikasi tenaga pendidik. Data terbaru yang diungkapkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menunjukkan bahwa terdapat ratusan ribu belum bergelar sarjana. Fakta ini menjadi sorotan utama dalam upaya peningkatan mutu pendidikan nasional. Diskusi mengenai tantangan ini mengemuka dalam seminar pendidikan yang diselenggarakan di Universitas Negeri Jakarta (UNJ) pada hari Selasa, 6 Mei 2025.
Menurut Dr. Anita Rahmawati, seorang pakar pendidikan yang menjadi salah satu pembicara dalam seminar tersebut, jumlah guru yang belum bergelar sarjana mencapai angka yang signifikan dan memerlukan perhatian serius. “Data yang disampaikan Kemendikbudristek mengindikasikan bahwa kita masih memiliki pekerjaan rumah yang besar dalam memastikan seluruh pendidik di Indonesia memiliki kualifikasi pendidikan yang memadai,” ujarnya. Beliau menambahkan bahwa kualifikasi sarjana merupakan standar minimal yang dibutuhkan seorang guru untuk dapat melaksanakan tugasnya secara profesional dan efektif.
Lebih lanjut, Dr. Anita menjelaskan bahwa guru yang belum bergelar sarjana berpotensi menghadapi kendala dalam memahami materi ajar secara mendalam, mengembangkan metode pengajaran yang inovatif, serta mengevaluasi hasil belajar siswa secara komprehensif. Hal ini tentu dapat berdampak pada kualitas pembelajaran yang diterima oleh siswa. Sebaran guru yang belum bergelar sarjana juga menjadi isu penting. Data dari Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) per Maret 2025 menunjukkan bahwa proporsi guru dengan kualifikasi di bawah sarjana cenderung lebih tinggi di daerah-daerah dengan akses pendidikan yang terbatas.
Pemerintah telah berupaya mengatasi masalah ini melalui berbagai program, termasuk program penyetaraan dan beasiswa studi lanjut bagi guru. Namun, tantangan geografis dan keterbatasan sumber daya seringkali menjadi kendala dalam implementasi program tersebut. Oleh karena itu, diperlukan strategi yang lebih komprehensif dan melibatkan berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, lembaga pendidikan tinggi, dan organisasi profesi guru.
Salah satu solusi yang diusulkan dalam seminar di UNJ adalah peningkatan akses terhadap pendidikan jarak jauh (PJJ) yang berkualitas bagi guru-guru di daerah terpencil. Selain itu, program mentoring dan pelatihan berkelanjutan juga dianggap penting untuk meningkatkan kompetensi guru, bahkan bagi mereka yang sudah bergelar sarjana. Pemerintah Provinsi Jawa Barat, misalnya, telah meluncurkan program “Guru Juara” yang memberikan pelatihan intensif dan pendampingan bagi guru-guru di wilayahnya sejak tahun 2023. Inisiatif serupa diharapkan dapat direplikasi di provinsi lain untuk mempercepat peningkatan kualifikasi guru secara nasional. Upaya kolektif dari berbagai pihak diharapkan dapat secara signifikan mengurangi jumlah guru yang belum bergelar sarjana di Indonesia dan meningkatkan kualitas pendidikan secara merata.